Dolar AS Mulai Ditinggal BRICS, Pindah ke Yuan

Dollar dan Yuan Dollar dan Yuan

Bayangin deh, selama ini kalau mau jajan atau dagang di panggung dunia, hampir semua transaksi wajib pakai satu mata uang, yaitu Dolar AS. Dolar sudah jadi raja yang nggak tergoyahkan selama puluhan tahun.

Tapi sekarang, BRICS mulai terang-terangan menantang dominasi itu. Mereka memulai gerakan ‘move on’ massal untuk nggak bergantung lagi pada dolar dalam setiap transaksi di antara mereka.

Gerakan yang disebut “dedolarisasi” ini bukan cuma omong kosong. Data terbaru menunjukkan kalau 50% dari total perdagangan di BRICS kini sudah resmi meninggalkan dolar dan beralih ke mata uang mereka sendiri.

Aksi “Move On’ dari Dolar ala BRICS

BRICS ini isinya bukan negara kaleng-kaleng loh, ada Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, dan Indonesia, plus anggota-anggota baru lainnya. Mereka ini lagi gencar banget menjalankan misi yang disebut “dedolarisasi”.

Gampangnya, dedolarisasi itu adalah upaya keroyokan untuk mengurangi ketergantungan pada Dolar AS. Laporan terbaru dari OMFIF, sebuah lembaga pemikir bank sentral, nunjukkin kalau 50% dari total transaksi dagang di antara negara BRICS sekarang udah nggak pakai dolar lagi.

Sebagai gantinya, mereka pakai mata uang lokal, terutama Yuan dari China. China emang jadi motor penggerak utama dalam gerakan ini.

Contoh paling konkret ada pada hubungan dagang China dan Rusia. Sekitar 80% transaksi mereka sekarang dibayar pakai Yuan atau Rubel. Begitu juga dengan India yang bisa hemat lebih dari 7 miliar Dolar AS karena beli minyak dari Rusia pakai mata uang mereka sendiri.

Dolar masih Jadi Raja Dunia

Meskipun gebrakan BRICS ini kedengeran heboh, kita perlu lihat gambaran besarnya. Ibaratnya, jangan cuma lihat jagoan di pertandingan antar-RT, tapi lihat juga siapa yang pegang sabuk juara dunia.

Faktanya, meski Yuan mendominasi 50% transaksi internal BRICS, perannya di pembayaran global masih seuprit. Yuan cuma menyumbang sekitar 2% dari total transaksi global.

Bandingkan dengan Dolar AS yang masih perkasa menguasai 88% dari seluruh transaksi valuta asing di dunia. Jomplang banget, kan? Jadi, buat saat ini, Yuan kayaknya masih butuh jalan pnajang buat bisa menantang dominasi Paman Sam.

Uniknya lagi, di dalam BRICS sendiri ternyata nggak semuanya satu suara. Ada juga yang masih main aman dan tetap melirik dolar.

India, misalnya, beberapa kali nunjukkin sikapnya yang nggak terlalu semangat dengan dodelarisasi dan masih nyaman pakai dolar. Mungkin karena khawatir kena semprot tarif atau perang dagang AS kalau nekat ninggalin dolar gitu aja. Ini nunjukkin kalau urusan duit antarnegara itu emang rumit dan penuh drama.

Pergeseran kekuatan mata uang dunia ini, biarpun pelan, bisa ngaruh ke banyak hal. Mulai dari nilai tukar Rupiah, harga barang-barang impor yang kamu beli di e-commerce, sampai ke pilihan instrumen investasi kamu di masa depan.

Dunia keuangan saling terhubung. Makannya, melek finansial dan paham isu ekonomi global itu bukan lagi pilihan, tapi keharusan biar kita nggak kaget kalau tiba-tiba kondisi ekonomi berubah. Anggap saja ini sebagai alarm biar kita makin semangat belajar ngatur duit dan investasi

Add a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *